Kepala Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar
di Jurusan Teknik Mesin FTI ITS Prof Dr Ir H Djoko Sungkono M.Eng.Sc menemukan
"water to gas" (air dijadikan gas) sebagai energi alternatif untuk
menghemat bahan bakar minyak (BBM).
Menurut dia, alat HHO yang harganya Rp 800 ribu dan
belum diproduksi secara massal (masih internal ITS), itu prinsipnya merupakan
alat yang memisahkan H2O menjadi H2 dan O secara elektrolisa. “H2 yang sudah
dipisahkan dari O itulah yang akan menghasilkan energi (gas) yang luar biasa
bila ada proses pembakaran di dekatnya," paparnya.
Saat ini, ujar guru besar FTI ITS itu, "water to gas" yang diriset itu sudah memasuki generasi ke-16, namun riset akan terus dikembangkan, baik konsep maupun alatnya.
Saat ini, ujar guru besar FTI ITS itu, "water to gas" yang diriset itu sudah memasuki generasi ke-16, namun riset akan terus dikembangkan, baik konsep maupun alatnya.
"Alat HHO yang ada saat ini berupa tabung air
murni berukuran 15x20 centimeter. Satu cc air murni akan habis untuk jarak 70
kilometer, sehingga kalau satu liter air murni ya bisa untuk jarak ribuan kilometer,"
tuturnya.
Secara terpisah, Pembantu Rektor (PR) I ITS Surabaya
Prof Ir Herman Sasongko menegaskan bahwa dirinya sebagai mantan Kepala Jurusan
Teknik Mesin FTI ITS sudah mencoba alat HHO yang saat itu masih hemat 30
persen. "Jadi, kalau pemerintah memang mau mengembangkan alat itu untuk aplikasi
di masyarakat melalui tahapan produksi, saya kira perlu riset lanjutan, bahkan
kalau sudah dipakai masyarakat pun masih perlu riset terus menerus dan ITS siap
untuk itu," ucapnya.
Nah, jadi dengan isu naiknya bbm kita jadi lebih aware kan terhadap energi alternatif lain dan mulai mengembangkannya.. jadi pemerintah seharusnya mengadakan riset lebih lanjut untuk mengembangkan alternatif sumber energi lain untuk ke tahap produksi. jadi pemakaian bbm bisa diminimalisir
sumber:antara
No comments:
Post a Comment