Tuesday, April 3, 2012

Bank Dunia: Penundaan Harga BBM Ganggu Pertumbuhan

Bank Dunia menyatakan, penundaan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional yang sedang melesat.

Penundaan membuat anggaran subsidi membengkak.

"Cukup mengejutkan, dampaknya membuat keadaan menjadi tidak pasti," ujar ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia Shubham Chaudhuri di Jakarta, hari ini.

Dia mengatakan, kenaikan harga minyak dunia menbuat biaya subsidi energi Indonesia meningkat drastis. Justru kenaikan harga BBM, dapat membantu opportunity cost dan risiko fiskal. Idealnya kenaikan BBM subsidi dilakukan sekarang ketimbang kemudian.

Shubham mengatakan, outlook perekonomian jangka pendek Indonesia masih dipengaruhi perkembangan global. Sementara untuk jangka panjang, pembangunan Indonesia bergantung kepandaian  pemerintah mengelola kualitas belanja publik. Opsi terbaik adalah mengalokasikan anggaran untuk sektor infrastruktur dan pendidikan.

Bank Dunia mencatat dalam lima tahun terakhir, terjadi peningkatan belanja di sektor pendidikan yang ditunjukan untuk meningkatkan angka anak sekolah. Selain itu, anggaran juga digunakan untuk membangun sekolah di daerah-daerah  terpencil.

Pengelolaan anggaran lanjut dia, harus dibarengi dengan perbaikan iklim investasi dan jaring pengaman sosial untuk masyarakat miskin. Bila itu dilakukan, maka distribusi keuntungan pertumbuhan ekonomi bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat. 'Itu dapat mendorong rata-rata pertumbuhan Indonesia mencapai 7 persen, atau bahkan lebih tinggi. Adapun tingkat inflasi bisa mencapai 5,7 persen," kata dia. 

Menurut Shubham, anggaran untuk masyarakat miskin masih sangat kurang dibandingkan subsidi bahan bakar. Tahun 2011, pemerintah menghabiskan sekitar 2,2 persen produk domestik bruto (PDB) untuk subsidi bahan bakar, sementara untuk program bantuan sosial hanya 0,5 persen PDB.

Sebagai pembanding, negara-negara berpendapatan menengah lainnya seperti Brasil dan India, masing-masing menghabiskan 1,4 persen dan 2,2 persen untuk bantuan sosial. Walaupun tingkat kemiskinan di Indonesia turun menjadi 12,5 persen di 2011, pada kenyataannya hampir 25 persen penduduk Indonesia masih hidup dibawah garis hampir miskin dan sangat rentan terhadap goncangan  terkecil sekalipun," ungkapnya

No comments:

Post a Comment