Wakil
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo
mengatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak
mungkin dilakukan pada 1 April mendatang sesuai jadwal yang direncanakan
pemerintah. Harga BBM bisa naik pada Mei mendatang.
"Pokoknya
asal enam bulan, dari mana saja. Kalau sekarang enggak mungkin. Enam
bulan sekarang belum mencapai 15 persen. Kalau Mei enam bulan ke
belakangnya sudah 15 persen naik. Mei juga bisa naik kalau jeblok harga
minyaknya, ya langsung," ujar Widjajono, di Kompleks DPR, Jakarta, Sabtu
(31/3/2012) dini hari.
Ia
menerangkan, selisih antara realisasi harga rata-rata minyak mentah
Indonesia (ICP) selama enam bulan terakhir dengan asumsi yang akhirnya
dipatok 105 dollar AS per barrel pada APBN-P 2012 belum sampai angka 15
persen. Tetapi, kata dia, jika ICP April naik menjadi 130 dollar AS per
barrel, mungkin saja angka 15 persen tercapai.
Tetapi,
ia mengaku tidak bisa memprediksi tren harga minyak dunia ataupun ICP
ke depan. Ia bilang, kondisi harga minyak akan tergantung dari kondisi
di Timur Tengah. Jika ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat
meningkat, harga minyak pasti naik. "Tinggal kebencian di Timur Tengah
itu mereda apa enggak. Kalau enggak mereda, ya pasti naik," ucapnya.
Lalu,
ia pun mengatakan, karena tertundanya kenaikan harga BBM, maka subsidi
energi khususnya BBM akan membengkak. Demi menutupi anggaran subsidi
tersebut, ia mengatakan mungkin akan ada pemotongan anggaran lainnya.
"Segala sesuatu besok dirapatin," tambah dia.
Ketika
ditanya mengenai apakah kuota BBM bersubsidi sebesar 40 juta kiloliter
bisa terlewati, Widjajono berharap masyarakat bisa membantu. "Jebol apa
enggak itu tergantung kita mau potong yang lain-lain apa enggak. Kalau
semua masyarakat bantu ya enggak, kalau enggak bantu ya susah juga,"
paparnya.
No comments:
Post a Comment