Jelas, akhir-akhir ini keadaan di Indonesia sedang ‘acak-adul’ yang kita
percaya bersumber dari rencana pemerintah mengurangi subsidi bbm hingga
menyebabkan harga premium dan solar pun meningkat. Seluruh masyarakat dari berbagai
kalangan pun mendadak menjadi pengamat ekonomi dan politik yang kemudian
berlomba-lomba menganalisa masalah tersebut dari paradigma mereka
masing-masing dan menemukan siapakah
pihak yang bersalah mulai dari rakyat golongan menengah ke atas, presidennya,
DPRnya, harga minyak dunia-nya, dkk.
Namun sangat disayangkan, terkadang analisa yang muncul saat ini belum
tepat, maksudnya adalah analisa yg dilakukan masyarakat tidak mempunyai data
yang akurat ataupun belum melihat dari ‘helicopter point of view’ alias
gambaran secara keseluruhan. Kesimpang-siuran berita seperti perhitungan
APBN yg sebenarnya masih surplus,
kepentingan golongan partai tertentu, dan lainnya tentu membuat kita bingung
akan kenyataan yang ada.
Daripada kalian bingung, dia bingung, saya juga bingung memikirkan “who the
bad guy is”, bukannya lebih baik kita mulai berpikir apa yang seharusnya kita
lakukan dalam keruhnya masalah yg dihadapi bangsa kita ini?
Dimulai dari berhemat energi yg dpt
kita lakukan atas dasar fakta cadangan minyak Indonesia yg semakin langka dan
terancam habis sekitar 12 tahun mendatang. Masalah ini benar-benar gawat karena
kalau cadangan minyak Indonesia habis, kita akan menjadi negara yg 100%
pengimpor minyak, sehingga akan sangat ketergantungan dengan harga minyak dunia
yg sewaktu-waktu dapat melonjak.
Selain
itu, secara sadar diri menggunakan BBM non subsidi ( ya mungkin bisa melakukan
self-mix kalo dirasa terlalu berat bagi sebagian orang), lebih baik lagi
apabila kitamengkonversikan bahan bakar minyak kendaraan kita dengan bahan
bakar gas (tapi bukan berarti kita beramai-ramai nyetir bajai BBG kemana-mana
ya), dan terkahir the least we can do adalah berdoa bersama-sama agar harga minyak dunia nggak melonjak tinggi
ya (daripada bolos kuliah terus anarkis, ya nggak?)
No comments:
Post a Comment