Badan pusat statistik melaporkan
angka inflasi April 2012 mencapai 0,21 persen. Angka tertinggi untuk bulan yang
sama sejak 2009. Hasil perolehan BPS, inflasi 2009 hanya sebesar 0,31 persen
(deflasi), inflasi 2010 sebesar 0,15 persen, dan inflasi 2011 sebesar -0,31
persen (deflasi).
Kepala BPS Suryamin menyebutkan,
kenaikan inflasi disebabkan oleh tarik ulur kebijakan pengendalian harga bahan
bakar minyak bersubsidi. “Dampak
psikologis itu masih ada”. Direktur Statistik barang dan Jasa BPS Sasmito Hadi
Wibowo mengungkapkan, pedagang mempersiapkan stok barang yang banyak untuk
mengantisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi.
Setidaknya ada enam komoditi yang
mengerek inflasi pada April 2012. Antara lain bawang putih/merah dan gula
pasir. Kenaikan harga disebabkan oleh berkurangnya pasokan barang dipasar.
Sekretaris komite Ekonomi
Nasional Aviliani menjelaskan Komite merekomendasikan agar pemerintah tidak
menaikan harga BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Rekomendasi ini ditujukan
untuk memberikan kepastian mengenai harga BBM kepada masyarakat maupun kepada investor, sekaligus untuk menghidari
aksi spekulasi. “kami melihat keputusan sidang paripurna DPR memberikan ketidakpastian, investor
mempertanyakan , masyarkat sehingga fluktuasi harga tidak terelakan.
Untuk mengembalikan
harga, Komite Ekonomi merekomendasikan agar harga BBM bersubsidi tidak
dinaikan, tapi BBM bersubsidi dibatasi. Dengan adanya hal tersebut merupakan
kepastian bagi para investor untuk merumuskan aneka biaya. Sebaliknya, dengan
terus dibayangi ketidak kepastian pada kebijakan mana yang akan diambil oleh
pemerintah, inflasi akan tetap tinggi walau harga BBM belum dinaikan.
No comments:
Post a Comment