Penundaan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi menjadi pemicunya.
Bank Dunia (Wolrd bank) menyatakan, defisit anggaran Indonesia bisa mencapai 3,1 persen Produk Domestik Bruto (PDB) melonjak dari yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 di level 2,2 persen.
Penundaan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi menjadi pemicunya.
"Tanpa penyesuaian BBM, defisit bisa naik di atas 3 persen," tulis Bank Dunia dalam tinjauannya berjudul "Indonesia Economic Quartely" hari ini.
Bank Dunia menyatakan, kenaikan harga minyak mentah dunia perlu mendapat perhatian serius. Lonjakan komoditas emas hitam ini menambah dimensi baru yang berdampak pada membengkaknya biaya subsidi BBM.
Bahkan jika harga BBM dinaikkan pada kuartal tiga tahun ini, defisit APBN menjadi 2,5 persen dari PDB. Level ini masih lebih tinggi dari yang ditetapkan 2,2 persen dalam APBN-P 2012. Sebagai gambaran, pemerintah juga sebelumnya telah mengerak angka defisit ini dari sebeumnya 1,5 persen menyusul naiknya subsidi enegi dan belanja infrastuktrur.
Bank Dunia mengatakan, naiknya angka defisit di atas 3 persen dari PDB menyebabkan belanja pemerintah di sektor-sektor prioritas harus dipangkas. Hal ini bisa mempengaruhi target inflasi dan kebijakan makro investor.
"Keputusan tidak menaikkan harga BBM menggambarkan kesempatan yang hilang atau tertunda untuk mengarahkan kembali belanja ketika resiko-resiko masih bersifat global," tulis Bank Dunia.
Untuk itu, pemerintah Indonesia harus sudah memfokuskan eonomi jangka pendek dari ketidakpastian global kepada penanganan subsidi BBM. "Perkembangan dunia internasional terus mempengaruhi outlook ekonomi jangka pendek Indonesia," kata Bank Dunia.
Bank Dunia (Wolrd bank) menyatakan, defisit anggaran Indonesia bisa mencapai 3,1 persen Produk Domestik Bruto (PDB) melonjak dari yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 di level 2,2 persen.
Penundaan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi menjadi pemicunya.
"Tanpa penyesuaian BBM, defisit bisa naik di atas 3 persen," tulis Bank Dunia dalam tinjauannya berjudul "Indonesia Economic Quartely" hari ini.
Bank Dunia menyatakan, kenaikan harga minyak mentah dunia perlu mendapat perhatian serius. Lonjakan komoditas emas hitam ini menambah dimensi baru yang berdampak pada membengkaknya biaya subsidi BBM.
Bahkan jika harga BBM dinaikkan pada kuartal tiga tahun ini, defisit APBN menjadi 2,5 persen dari PDB. Level ini masih lebih tinggi dari yang ditetapkan 2,2 persen dalam APBN-P 2012. Sebagai gambaran, pemerintah juga sebelumnya telah mengerak angka defisit ini dari sebeumnya 1,5 persen menyusul naiknya subsidi enegi dan belanja infrastuktrur.
Bank Dunia mengatakan, naiknya angka defisit di atas 3 persen dari PDB menyebabkan belanja pemerintah di sektor-sektor prioritas harus dipangkas. Hal ini bisa mempengaruhi target inflasi dan kebijakan makro investor.
"Keputusan tidak menaikkan harga BBM menggambarkan kesempatan yang hilang atau tertunda untuk mengarahkan kembali belanja ketika resiko-resiko masih bersifat global," tulis Bank Dunia.
Untuk itu, pemerintah Indonesia harus sudah memfokuskan eonomi jangka pendek dari ketidakpastian global kepada penanganan subsidi BBM. "Perkembangan dunia internasional terus mempengaruhi outlook ekonomi jangka pendek Indonesia," kata Bank Dunia.
No comments:
Post a Comment