Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta menghadirkan kendaraan
alternatif yang ramah lingkungan dan tak terpengaruh ribut-ribut kenaikan harga
BBM. Ya, UGM meluncurkan mobil listrik rendah emisi
sebagai sarana transportasi di lingkungan kampus. Dengan mobil ini diharapkan kampus UGM akan menjadi kampus
educopolis yang terbebas dari polusi udara dan kebisingan.
Meski bertubuh mungil seperti mobil golf, UGM berharap mobil
listrik garapannya bisa dikembangkan tidak hanya di dalam kampus semata. Kalau
perlu untuk skala nasional.
“Sistem transportasi hemat energi ini kami harapkan dapat menjadi model untuk
dikembangkan pada skala nasional. UGM berusaha menciptakan mobil yang ramah
lingkungan dan tidak membuat bising di kampus,” ujar Koordinator Mobil Listrik
UGM Dr Jayan Sentanuhady di Balairung UGM di Bulaksumur Yogyakarta, Rabu
(28/3/2012).
Mobil listrik ini merupakan pengembangan dari mobil irit BBM
Semar yang beberapa waktu lalu sering mengikuti
lomba irit BBM di luar negeri.
Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi, PhD menuturkan Mobil ini untuk
mendukung terciptanya kampus educopolis yakni dengan mengurangi jumlah sepeda
motor di kampus dan memperbanyak penggunaan sepeda.
“Desain 100 persen oleh mahasiswa yang tergabung dalam tim Semar
UGM. Sedangkan penyelesaian akhir kita outsource,” tambah Jayan.
Dia menambahkan mobil listrik ini berbasis reserve
engineering dengan kandungan komponen lokal mobil ini mencapai 30
persen. Ke depan akan ditingkatkan hingga 70 persen.
Untuk teknologi yang dikembangkan lanjut dia, adalah teknologi
hibrid dengan baterai sebagai penggerak utama primer, serta solar sel dan CNG
dedicated engine sebagai penggerak utama sekunder. Sedangkan untuk sistem
pengereman tidak menggunakan drumbrake tapi langsung dari
power listrik.
Untuk jarak tempuh 60 kilometer batere harus diisi selama 6 jam.
Keunggulan mobil ini adalah bukan menggunakan arus DC tetapi AC. Mobil listrik
rendah emisi ini memiliki kapasitas 4-8 penumpang, namun nantinya akan
ditingkatkan agar bisa menampung 22 orang.
Di UGM sendiri saat ini hampir 30.000 kendaraan bermotor keluar
masuk kampus setiap harinya. Hal itu menyebabkan kenyamanan belajar mengajar di
kampus tidak maksimal akan polusi udara dan kebisingan.
Meskipun ramah lingkungan, mobil ini sangat mahal harganya dan
daya listrik serta jarak tempuhnya terbatas.
Terdapat tiga mobil listrik karya Tim Semar UGM (Panji Setyo
Nugroho/desainer elektrik), Yahya Muhammad, Nurul Ahbab, yang diluncurkan oleh
Rektor UGM Sudjarwadi. Rabu (28/3). Sistem operasinya menggunakan listrik dan
menelan biaya Rp 200 juta per unit, sementara daya tempuh sangat terbatas,
maksimum 50 kilometer.
Mobil listrik ini harganya relatif mahal karena bahan baku 70
persen impor dan 30 persen lainnya produk local. Bahan baku yang diimpor di
antaranya kontroler dan motor listrik.
________________________________________________________________________
No comments:
Post a Comment